Jujur adalah mengakui, berkata atau
memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Orang yang
tidak jujur bisa dianggap tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik dan
lain sebagainya. Kenapa setiap orang
harus berlaku jujur, karena menjadi orang jujur itu adalah menjadi orang yang
sangat baik. Karena dengan jujur orang akan dipercaya orang, disayang orang
tua, bahkan sering terdengar kalau orang jujur akan disayang oleh Allah swt
.
.
Dengan jujur itu sendiri akan menumbuhkan
perasaan yang positif dengan lingkungan kita. Selain itu pula jujur itu
sebenarnya di mulai dari diri kita sendiri. Jika dari diri sendiri sudah tidak
jujur, maka lama kelamaan pun tidak akan bisa berbuat jujur. Ini pun bisa
berakibat pada perasaan kita, kita pasti akan selalu bersikap negative kepada
lingkungan kita.
di lingkungan kita budaya berkata jujur sudah
mulai jarang dilakukan oleh seseorang. Dikarenakan
susah sekali untuk berkata dengan jujur.
Karena kebanyakan masyarakat di lingkungan kita ini lebih banyak berkata tidak
jujur bisa dikatakan bohong. Padahal jika kita berkata jujur , kita mendapatkan
pahala dan juga kebaikan . karena dalam hukum
agama berkata jujur itu wajib dilakukan dalam berbicara sesuatu baik hal yang
kecil maupun yang besar.
Hidup dalam kejujuran itu lebih
ringan. Kemana kita pergi, kita hadir sebagaimana kita apa adanya. Kejujuran
memberi kita cara untuk melepaskan sebagian besar persoalan hidup yang sering
merenggut kemewahan kita menjadi bahagia. Sebab ketika kita berkata jujur, kita
tidak perlu mengingat sesuatu.
Kita tinggal mengatakan apa yang ada sebagaimana yang ada
seperti apa. Kalau kita berbohong, kita akan mengingat kebohongan itu agar
suatu ketika manakala seseorang menanyakan hal yang sama, kita masih ingat
kebohongan seperti apa yang pernah kita katakan.
Dengan demikian kita bisa membuat kebohongan yang terdengar
tidak berbohong dari kebohongan yang pertama. Namun, seberapa kapasitas batin
kita untuk merekam skenario kebohongan yang akan kita lakukan? Abraham Lincoln
pernah menulis, “No man has a good enough memory to make a successful liar.”
Tidak ada seorangpun yang punya ingatan cukup untuk bisa berbohong dengan
meyakinkan.
Hidup dalam kejujuran itu sungguh-sungguh lebih meringankan.
Sebab kejujuran tidak menahan apapun, tetapi melepaskan setiap hal yang hendak
datang dan hendak pergi. Ia ibarat sepasang daun pintu yang akan bergerak ke
dalam ketika seseorang mendorongnya dari luar, dan akan bergerak ke luar ketika
seseorang mendorongnya dari dalam namun ia tak akan pernah lepas dari
engselnya.
Kehidupan yang jujur, tidak akan memberatkan kita melangkah
kemanapun dan menemui siapapun. Bagi orang jujur, siapa saja adalah berkah, dan
kemana saja adalah amanah. Orang-orang ini tidak perlu bersolek dengan
pencitraan, sebab pencitraan itu tidak abadi. Seorang bijak menulis, “A lie may
take care of the present, but it has no future.”
Kita bisa berbohong pada saat ini, tetapi tidak untuk selamanya
sebab kejujuran itu abadi, dan kebohongan itu fana. Bagi orang jujur, apa yang
di luar adalah apa yang di dalam dan apa yang di dalam itulah yang di luar.
Dengan kata lain, tidak ada lagi “dalam” dan “luar”. Karenanya ia akan terlihat
seperti kaca bening dengan cahaya menyala di dalam batinnya. Semua terlihat
sebagaimana ia seharusnya terlihat.
Kejujuran itu totalitas
Kejujuran itu sebuah totalitas, ketotalan antara apa yang diucap dan dilakukan. Satu kata, satu perbuatan. Bahkan bagi orang jujur, dalam keheningan ia bisa berbicara dengan ribuan tindakan. Mereka berpikir, sedikit bicara akan lebih baik. Sebab manusia adalah tuan dari kata-kata sebelum ia diucapkan, sebaliknya menjadi budak setelah diucapkan.
Kejujuran itu sebuah totalitas, ketotalan antara apa yang diucap dan dilakukan. Satu kata, satu perbuatan. Bahkan bagi orang jujur, dalam keheningan ia bisa berbicara dengan ribuan tindakan. Mereka berpikir, sedikit bicara akan lebih baik. Sebab manusia adalah tuan dari kata-kata sebelum ia diucapkan, sebaliknya menjadi budak setelah diucapkan.
Kata-kata cenderung berdusta, bukan semata-mata karena yang
bicara pendusta, tetapi di setiap kata seperti ada kutukan untuk selalu
terbatas membahasakan realitas yang sebenarnya. Totalitas kejujuran karena ia
selalu hitam kalau hitam dan putih kalau putih. “A half truth is a whole lie,”
orang bijak menulis. Setengah jujur, sama saja dengan berbohong sepenuhnya.
Maka, ketika Anda berada dalam ketakutan untuk berkata seperti
apa, jujurlah saja daripada berbohong. Dengan begitu Anda akan terbebas dari
ketakutan itu sendiri. Kita berkata bohong ketika kita takut. Takut karena
tidak tahu, takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain, takut dengan apa
yang akan tersingkap dari diri kita.
Tetapi setiap saat Anda berbohong, hal-hal yang membuat kita
takut justru akan mencengkeram semakin kuat. Kejujuran akan melepaskan setiap
belenggu ketakutan yang melilit batin kita selama ini. Ia melonggarkannya dan
membuatnya tidak bermakna lagi meskipun sebelumnya kita akan menderita
karenanya, seperti yang dikatakan Jim Davis, “The truth will set you free, but
first it will make you miserable.”
Belajar kejujuran
Pada suatu malam yang penuh bintang dan sorot purnama rembulan, saya diajak seorang sahabat ke sebuah ladang rerumputan untuk belajar tentang kejujuran dari sebuah danau. Saya diminta terlentang di atas rerumputan, menghadap langit dan membayangkan diri saya adalah sebuah danau. Ya, sebuah danau yang penuh air berkecipak bening, sebuah danau yang memantulkan apa yang menerpanya dan melukiskan apa yang dilihatnya.
Pada suatu malam yang penuh bintang dan sorot purnama rembulan, saya diajak seorang sahabat ke sebuah ladang rerumputan untuk belajar tentang kejujuran dari sebuah danau. Saya diminta terlentang di atas rerumputan, menghadap langit dan membayangkan diri saya adalah sebuah danau. Ya, sebuah danau yang penuh air berkecipak bening, sebuah danau yang memantulkan apa yang menerpanya dan melukiskan apa yang dilihatnya.
Saya memantulkan bintang gemintang, purnamanya rembulan, langit
biru cerah dengan awan tipis putih, ketenangan dan keteduhan alam. Saya merekam
dan melukiskannya di wajah saya, di mata saya, di bibir saya, di telinga saya,
di seluruh tubuh saya. Saya menjadi danau yang tersenyum. Latihan ini membuat
saya mengerti tentang hakekat kejujuran. Seperti itulah kejujuran itu, yang
hanya memantulkan dan melukiskan apa yang menimpa dan dilihatnya.
Ketika ada burung elang terbang melintas di atasnya, sang danau
tidak berhasrat memilikinya sebab kejujurannya dalam memantulkan selalu
disertai keiklasan untuk melepaskan apa saja yang datang. Itulah danau
kejujuran.
1 komentar:
nice post..
maka aplikasikan kejujuran pada diri kita, baik itu laku perbuatan ataupun perkataan :)
egga.web.id
Posting Komentar